memberikankekuatan, makna, dan perubahan yang bererti terhadap hasil yang dilakukan melalui kerjasama semua pihak terkait. Jadual 2: Penanganan Bencana Konflik Sistem pelaksana perubahan Terdiri dari pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab utama dalam memberikan layanan-layanan terhadap korban bencana. Mereka bertanggung jawab mengambil
› Humaniora›Berdayakan Masyarakat untuk... Air bersih dan sanitasi merupakan salah satu kebutuhan vital di masyarakat, tetapi masih banyak wilayah yang terkendala akses ini. Upaya mengelola tata kelola air dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat. KOMPAS/RADITYA HELABUMI RAD 18-03-2016Penjual air keliling mengisi air ke dalam jeriken dari bak penampungan di Jalan Inspeksi Kali Duri, Pejagalan, Jakarta Utara, Jumat 18/4/2016. Penjual air keliling membantu warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Saat ini program perpipaan air bersih untuk warga terhambat oleh terbatasnya sumber bahan KOMPAS — Krisis ketersediaan air bersih dan buruknya sanitasi masih menjadi permasalahan yang dihadapi masyarakat global, termasuk Indonesia. Aspek pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan perubahan perilaku kebersihan dan sanitasi secara partisipatif dinilai dapat mengatasi permasalahan Bidang Kesehatan dan Water Hygiene Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia PP PMI Fachmi Idris mengemukakan, air bersih merupakan salah satu kebutuhan vital di masyarakat. Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada 2019 mencatat, sebanyak 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. ”Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, air di Indonesia menjadi kebutuhan yang sangat vital dan pokok dalam kegiatan keagamaan. Dalam aspek kesehatan, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi juga menjadi salah satu penyebab diare,” ujarnya dalam webinar terkait air bersih, Jumat 23/12/2022 Kesehatan Dunia WHO tahun 2017 melaporkan, secara global hampir 1,7 miliar kasus diare pada anak terjadi setia tahun. Bahkan, diare tercatat membunuh sekitar anak berusia di bawah lima tahun setiap tahun karena kurangnya air bersih dan sanitasi yang menekankan bahwa kebutuhan terhadap air bersih harus menjadi perhatian semua pihak. Sebab, setiap hari kebutuhan terhadap air bersih ini terus meningkat seiring dengan perubahan perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19, khususnya terkait dengan mencuci tangan dan WIJAYANTOAnak-anak berenang di samping WC umum yang berada di atas Kali Ciliwung di kawasan Kampung Melayu, Jakarta timur, Minggu 18/11/2018. Saat ini tercatat persen warga DKI sama sekali tidak memiliki akses ke temuan riset Indonesia Water Institute IWI tahun 2021, kebiasaan masyarakat dalam mencuci tangan lebih dari 10 kali sehari meningkat dari 18 persen menjadi 82 persen saat pandemi. Kebiasaan mandi lebih dari tiga kali sehari juga meningkat dari 27 persen saat situasi normal menjadi 72 persen selama pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam mengatasi permasalahan air bersih dan demikian, kebutuhan yang meningkat selama pandemi ini tidak diiringi dengan pemerataan akses air bersih, fasilitas sanitasi yang memadai, dan promosi kesehatan. Oleh karena itu, PP PMI dengan sejumlah pihak terus berupaya mengatasi permasalahan ini dengan menerapkan program air, sanitasi, dan kebersihan WASH dalam keadaan darurat dan pemberdayaan masyarakat dalam situasi juga Warga di Ambang Krisis Air Bersih”Aspek pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam mengatasi permasalahan air bersih dan sanitasi. PMI selalu melakukan pemberdayaan dengan dukungan dari donor maupun pihak ketiga. Jadi, ada panduan dan pegangan dalam pendekatan perubahan perilaku kebersihan dan sanitasi secara partisipatif," tutur aspek pemberdayaan, permasalahan ini juga dapat diatasi dengan pendekatan pengolahan air yang aman di rumah tangga saat keadaan normal maupun darurat. Program WASH dengan pemberdayaan masyarakat ini juga sudah dilakukan di sejumlah daerah, seperti di Jawa Timur, yakni Lumajang dan Blitar, serta di Kalimantan Timur, yakni Kutai Timur dan itu, PMI juga terus meningkatkan aspek sumber daya manusia di bidang WASH, pemenuhan berbagai peralatan tanggap darurat bencana PDB, dan sentralisasi peralatan. Pemenuhan peralatan PDB juga menjadi fokus karena masalah air bersih dan sanitasi kerap dijumpai dalam setiap wilayah yang dilanda bencana.”Hal terpenting dalam membangun ketangguhan masyarakat di bidang air bersih dan sanitasi adalah pelibatan pemangku kepentingan. Sebab, ujung dari program semacam ini adalah keberlanjutan,” sumber airKetua Yayasan Wakaf IKRA Padjajaran Ahmad Kadarsyah mengatakan, dasar kemajuan suatu bangsa adalah ketersediaan air bersih untuk pertanian dan kesehatan. Meski awalnya tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam aspek tata kelola air, Yayasan Wakaf IKRA berupaya turut mengatasi persoalan ketersediaan air bersih di Sumedang, Jawa juga Air Tanah Solusi Krisis Air Bersih PerkotaanMenurut Kadarsyah, upaya yang dilakukan Yayasan Wakaf IKRA dalam mengatasi persoalan ini adalah dengan melakukan konservasi sumber air dari sungai dan mata air. Kemudian, dilakukan juga upaya teknis lainnya untuk menarik air dengan pipanisasi dan pembuatan sumur resapan.”Melalui berbagai upaya ini selama lebih dari tiga tahun akhirnya akses air menjadi lebih baik dan berkecukupan. Selanjutnya dilakukan penjernihan air agar air tersebut tidak keruh dan bisa diminum,” ucapnya.
\n sebutkan pihak pihak yang mengalami permasalahan air bersih
Identifikasi pihak pihak yang terkait Sebutkan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan ini, dan peranannya! • Jalan, jembatan, selokan, air bersih, irigasi, fasilitas olah raga, balai pertemuan, ruang publik (tempat bermain) - Kesejahteraan berupa; • Jumlah keluarga pra sejahtera, tingkat pengangguran, jumlah kematian bayi 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID bPsCKDdBoDPPIXkhtt3fBYHL_WQQ_9OM4X5ptL6QFUOYQx8RFL_smg==
kurangnyaakuntabilitas, transparansi serta partisipasi para pihak yang dilaksanakan secara good governance. Maka sesuai dengan dasar pengaturan yang ditetapkan dalam UU dan PP tersebut di atas maka prinsip pengelolaan sumber daya air yang mengandung visi dan misi dan pola pengelolaan
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan Fauzy Faisal Awaludin AS Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia fauzy Abstrak Air bersih fresh water merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia di setiap negara. Ketersediaan air bersih harus tetap terjamin dalam waktu, kuantitas, dan kualitasnya. Kebutuhan air baik untuk kebutuhan domestik ataupun untuk industri terus meningkat dari tahun ke tahun. Ketersediaan seumber-sumber air semakin menipis yang sebagian besar disebabkan oleh pencemaran serta kerusakan lingkungan yang semakin parah. Masyarakat yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih adalah masyarakat miskin yang berada di wilayah pedesaan. Jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan adalah 86,4 liter/hari/orang. Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan kota, diataranya membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Penerapan teknologi dalam pembangunan sarana air bersih harus disesuaikan dengan tingkat kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Teknologi membran merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mengolah air secara desentralisasi untuk komunitas perkotaan maupun untuk keperluan daerah pedesaan terpencil. Pengolahan limbah menggunakan membran memberikan efisiensi yang tinggi, pengoperasian mudah, energi yang dibutuhkan minimum, dan tanpa penggunaan bahan kimia. Penyediaan air bersih di daerah perkotaan Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum PDAM dibawah pengawasan masing-masing pemerintah daerah. Penyediaan air di pedesaan dilakukan oleh pemerintah desa setempat dengan membangun bak penampung air terintegrasi yang nantinya dialirkan ke rumah penduduk. Kata kunci air bersih, pencemaran air, pengolahan air, membran, penyediaan air 1. Pendahuluan Air bersih fresh water merupakan suatu kebutuhan yang utama bagi manusia. Ketersediannya harus tetap terjamin dalam waktu, kuantitas, dan kualitsnya. Kebutuhan air bersih menjadi masalah di berbagai negara, terutama negara dengan jumlah penduduk yang tinggi. Permasalahan ini muncul karena permintaan demand tidak mampu diimbangi oleh persediaan supply. Permintaan terus bertambah sedangkan persediaan air cenderung berkurang karena berkurangnya debit sumber air baku, seperti mata air, sungai, danau dan air tanah sebagai akibat degradasi lingkungan Wenten, 2005. Pencemaran air di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia masih menjadi masalah serius. Pada tahun 2006, kerugian ekonomi Indonesia akibat wabah penyakit, kematian balita, dan penambahan biaya pengolahan air yang dipicu oleh kondisi sanitasi yang buruk diperkirakan mencapai USD 6,3 miliar. Pemerintah kota yang telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL tersentralisasi hanya 11 kota diantara 95 kota lainnya. Kota yang telah memiliki IPAL, hanya sebagian rumah tangga yang dapat tersambung langsung dengan IPAL. Dengan demikian, sistem IPAL tersentralisasi hanya mencakup 2% penduduk Indonesia Tanaka, 2015. Menurut laporan Bank Dunia bahwa yang mengalami kesulitan mendapatkan air air bersih Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 adalah masyarakat miskin yang berada di daerah pedesaan. Menurut World Health Organization WHO jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan adalah 86,4 liter/hari/orang. Sedangkan menurut Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum standar kebutuhan air minum untuk masyarakat pedesaan adalah 60 liter/hari/orang. Pada suatu kota, air akan mempengaruhi berbagai aspek yang meliputi kesehatan masyarakat, ekonomi, sosial dan peningkatan kehidupan kota itu sendiri. Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan kota, diataranya membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengelolaan sistem penyediaan air bersih yang layak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktifitas perkotaan secara keseluruhan dapat meningkatkan produktivitas kota Raharjo, 2008. Dalam membuat perencanaan pembangunan sarana air bersih perlu dipertimbangkan beberapa kendala, seperti masih adanya sarana pengolah air bersih yang dibangun belum berfungsi secara optimal, dikarenakan kurangnya keterlibatan masyarakat setempat baik dalam perencanaan, konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaan. Air masih dianggap sebagai sesuatu yang dapat diperoleh secara gratis, sehingga masyarakat tidak peduli terhadap masalah pembiayaan untuk kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana air minum. Penerapan teknologi dalam pembangunan sarana air bersih harus disesuaikan dengan tingkat kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Dengan demikian pemanfaatan sistem teknologi tersebut dapat optimal dan berkembang Mokoginta dkk., 2014. 2. Sumber dan Dampak Pencemaran Air Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009, pencemaran lingkungan adalah masuk dan dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh atau akibat kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Aktifitas manusia dapat menghasilkan zat sisa berupa limbah yang berwujud padat, gas, dan cair. Limbah yang dibuang ke udara, ke permukaan tanah atau wilayah-wilayah perairan dapat menyebabkan pencemaran air, tanah, dan udara. Ketiga jenis pencemaran tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Bertambahnya jumlah manusia sebanding dengan kebutuhannya tehadap air. Namun pada saat ini, ketersediaan air secara kuantitas dan kualitas semakin menurun. Oleh karena itu, wilayah perkotaan dan pedesaan terancam mengalami krisis air bersih. Permasalahan tersebut salahsatunya diakibatkan oleh masuknya limbah ke badan sungai, danau dan atau air tanah. Sungai merupakan salahsatu sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Bagi manusia sungai dapat digunakan untuk kegiatan domestik, pertanian, dan atau industri. Keberadaan benda asing yang mengakibatkan air tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya secara normal disebut pencemaran air. Pencemaran air merupakan masalah regional maupun internasional yang harus dikendalikan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang pengendalian pencemaran air, pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen yang lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya Pasal 1 ayat 2. Sumber pencemaran air dapat terjadi secara alami dan buatan. Pencemaran secara alami diakibatkan oleh letusan gunung, bencana banjir, longsor, dan lain lain. Sedangkan pencemaran buatan diakibatkan oleh perilaku buruk manusia dalam membuang limbah sembarangan, berupa buangan rumah tangga, sarana industri, galian tambang, dan aktifitas pertanian. Di daerah pedesaan pencemaran air umumnya disebabkan oleh limbah rumah tangga secara sembarangan, pertanian, dan peternakan. Air limbah rumah tangga yang dibuang tanpa Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 diolah terlebih dahulu melalui selokan di sekitar rumah yang langsung menuju sungai. Sebagian besar selokan tempat dibuangnya limbah tidak ditutup. Pada daerah datar, air menggenang dan limbah dapat membusuk. Genangan tersebut dapat mengakibatkan berbagai penyakit dan menimbulkan bau tidak sedap. Penggunaan pupuk sebagai pertisida secara berlebihan pada pertanian dapat menimbulkan dampak negatif pada ekosistem air. Sungai atau danau tempat bermuara limbah tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak terkendali diatas permukaan air. Hal tersebut dapat menyebabkan kehidupan organisme di dalamnya tidak berjalan baik. Sementara itu, penanganan yang tidak tepat terhadap kotoran atau sisa makan ternak berpotensi mencemari perairan Masduki dkk., 2007. Di daerah perkotaan pencemaran air umumnya disebabkan oleh perilaku penduduk yang membuang sembarangan ke sungai dan pembuangan limbah industri yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan. Sebagian penduduk pinggiran sungai di kota-kota besar Indonesia, penduduk biasa menggunakan sarana untuk mandi, cuci, dan kakus MCK. MCK tersebut digunakan untuk mandi, buang air, dan mencuci pakaian. Dari sekitar 100 juta orang di perkotaan, 18 juta orang diantaranya belum mempunyai WC. Rumah tangga yang mempunyai WC biasanya menggunakan septic tank untuk mengolah air limbah WC. Namun, pengolahan septic tank yang tidak memadai menyebabkan air olahannya mencemari air bawah tanah. Sementara itu, air limbah industri cenderung mengandung zat anorganik yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Zat-zat berbahaya tersebut dapat mencemari perairan yang dilaluinya Tanaka, 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pencemaran adalah toksisitas, konsentrasi, lama waktu paparan, dan volum. Ciri-ciri fisik air yang telah tercemar sebagai berikut 1. Air tercemar kromium dan materi oranganik berwarna kekuningan. Air tercemar besi berwarna merah kekuningan. Sementara pengotor berupa lumpur memberikan warna merah kecoklatan. 2. Kekeruhan menandakan air tanah telah tercemar oleh koloid bio zat yang lekat seperti getah atau lem. Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh. 3. Polutan berupa mineral membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar. 4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen. 5. Rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai. 6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi. Indikator-indikator fisika dan kimia yang digunakan untuk mengetahui pencemaran air diantarannya 1. Indikator keasaman pH, air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5 apabila pH air melibihi angkat ersebut maka air sudah dalam keadaan tercemar. 2. Oksigen terlarut DO, digunakan untuk degradasi senyawa organik dalam air, oksigen dalam air ini dihasilkan dari hasil fotosintesis algae. 3. Kebutuhan oksigen biokimia BOD, merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pengurai untuk menguraikan zat organik dalam keadaan aerob. 4. Kebutuhan oksigen kimiawi COD, merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun sukar didegradasi. Menurut hasil pemantauan Kementrian Lingkungan Hidup terhadap kualitas air sungai, sebanyak 22 sungai yang terdata pada Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 tahun 2005 dan 2008 mengalami peningkatan pencemaran air. Sebanyak 16 diantaranya dikategorikan tercemar berat. Pencemaran air yang terjadi di perkotaan dan pedesaan dapat berdampak pada kehidupan biota air, kualitas air, kesehatan, dan estetika disekitarnya. Dampak-dampak tersebut diantaranya 1. Dampak terhadap kehidupan biota air berhubungan dengan banyaknya zat pencemar pada air limbah menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Hal tersebut, mengakibatkan kehidupan oranganisme di dalam air terganggu perkembangannya. 2. Dampak terhadap kualitas air berhubungan dengan limbah rumah tangga. Salahsatunya penggunaan septic tank yang tidak memadai. Hal tersebut menyebabkan tercemarnya air tanah. diketahui bahwa spiteng atau tempat penyimpanan limbah terdapat di tanah sementara air tanah 3. Dampak terhadap kesehatan berhubungan dengan mikroba atau bakteri yang masuk ke dalam badan air. Mikroba dan bakteri pathogen ini membawa banyak menjadi sumber penyakit pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya adalah kolera, diare dan sebagainya. 4. Dampak terhadap estetika lingkungan disebabkan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Pada tahun 2006, kerugian ekonomi Indonesia akibat wabah penyakit, kematian balita, dan penambahan biaya pengolahan air yang dipicu oleh kondisi sanitasi yang buruk diperkirakan mencapai USD 6,3 miliar Tanaka, 2015. 3. Kebutuhan Air Bersih Air merupakan kebutuhan bagi kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air dalam kehidupannya, sehingga tanpa air dapat dipastikan tidak ada kehidupan. Keberadaan air di setiap lokasi dipengaruhi oelh adanya siklus air Triatmadja, 2007. Kebutuhan air di perkotaan dan pedesaan dibagi menjadi dua, yaitu air domestik dan air non domestik. 1. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air bagi para penduduk untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. lebih luas dari sekedar makanan dan minuman yang dikonsumsi melalui mulut, air bersih diperlukan untuk berbagai kepentingan yang saat ini merupakan kebutuhan pokok, seperti mandi, dan mencuci atau berbagai bentuk kebersihan lainnya. Pedoman Teknis Air Bersih IKK Pedesaan, 1990. Kebutuhan air domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu  Kota kategori I Metropolitan  Kota kategori II Kota Besar  Kota kategori III Kota Sedang  Kota kategori IV Kota Kecil  Kota Kategori V Desa Kriteria perencanaan air bersih pada masing-masing kategori disajikan pada Tabel 1 berikut Tabel 1. Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Konsumsi Unit Sambungan Rumah SR Liter/orang/hari Konsumsi Unit Hidran HU Liter/orang/hari Konsumsi Unit Non domestik Niaga Kecil Liter/orang/hari Niaga Besar Liter/orang/hari Industri Besar Liter/detik/ha Pariwisata Liter/detik/ha 1000-5000 Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 Jumlah Jiwa Per SR Jiwa Jumlah Jiwa Per HU Jiwa Sisa Tekan Di Penyediaan Distribusi Meter Volume Reservoir % Max Day Demand Sumber Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996 Tabel 1. Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk Lanjutan Konsumsi Unit Sambungan Rumah SR Liter/orang/hari Konsumsi Unit Hidran HU Liter/orang/hari Konsumsi Unit Non domestik Niaga Kecil Liter/orang/hari Niaga Besar Liter/orang/hari Industri Besar Liter/detik/ha Pariwisata Liter/detik/ha Jumlah Jiwa Per SR Jiwa Jumlah Jiwa Per HU Jiwa Sisa Tekan Di Penyediaan Distribusi Meter Volume Reservoir % Max Day Demand Sumber Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996 2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih untuk sarana dan prasarana daerah yang teridentifikasi ada atau bakal ada berdasarkan rencana tata ruang. Sarana dan prasarana berupa kepentingan sosial/umum seperti pendidikan, tempat ibadah, kesehatan, dan keperluan komersial, seperti perhotelan, kantor, restoran, keperluan industri, pariwisata, pelabuhan, perhubungan dan lain-lain. Pedoman Teknis Air Bersih IKK Pedesaan, 1990. Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas Pekerjaan Umum PU dapat disajikan pada Tabel 2, 3, dan 4 berikut Tabel 2. Kebutuhan Air Non Domestik untuk Kategori I, II, III, dan IV Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 Sumber Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996 Tabel 3. Kebutuhan Air Non Domestik untuk Kategori V Desa Sumber Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996 Tabel 4. Kebutuhan Air Non Domestik untuk Kategori Lain Stasiun KA dan Terminal Bus Sumber Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum, 1996 4. Teknologi Membran untuk Pengolahan Air Secara Desentralisasi Teknologi pengolahan air menggunakan membran menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan dengan proses konvensional. Aplikasi teknologi membran menggunakan energi yang rendah, pemisahan berbasis membran tidak berdasarkan hasil kesetimbangan fasa yang menggunakan banyak energi. Keuntungan lainnya adalah desain modul membran sangat sederahana kompak, mudah dioperasikan, dan tidak membutuhkan peralatan tambahan dalam jumlah banyak. Aplikasi membran untuk pengolahan air tidak membutuhkan penambahan bahan-bahan kimia koagulan, flokulan sehingga ramah bagi lingkungan Wenten, 1997. Proses membran yang dikenal luas dalam pengolahan air adalah proses membran berbasis gaya dorong tekanan seperti membran mikrofiltrasi MF, ultrafiltrasi UF, nanofiltrasi NF, dan reverse osmosis RO. Karakteristik masing-masing disajikan pada Tabel 6 berikut Tabel 5. Perbandingan Proses-Proses Pemisahan dengan Membran Nanofiltrasi & Reverse Osmosis Proses pemisahan antar partikel Proses pemisahan antar molekul Proses pemisahan antar zat terlarut dengan berat molekul rendah garam, glukosa, laktosa, dan micropollutans Tekanan osmotik diabaikan, tanpa memperhitungkan adanya polarisasi konsentrasi Tekanan osmotik diabaikan, tanpa mempertimbangkan adanya polarisasi konsentrasi Tekanan osmotik tinggi, sekitar 1-25 bar Tekanan yang digunakan rendah <2 bar Tekanan yang digunakan rendah 1-10 bar Tekanan yang digunakan tinggi 1-25 bar Struktur asimetrik dan struktur simetrik Ketebalan dari lapisan pemisah Simetrik = 10-150 µm Asimetrik = 1 µm Ketebalan dari lapisan pemisah = 0,1-1 µm Ketebalan dari lapisan pemisah = 0,1-1 µm Pemisahan berdasarkan ukuran partikel Pemisahan berdasarkan ukuran partikel Pemisahan berdasarkan perbedaan di dalam kelarutan dan difusivitas Sumber Wenten, 1997 Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 Selain proses menggunakan membran seperti diatas, proses membran lain yaitu EDI elektrodeionisasi merupakan proses yang umum digunakan di industri mikroelektronik. Selain industri air minum, industri farmasi dan medis juga merupakan industri yang kerap menggunakan proses membran dalam pengolahan airnya. Sistem membran terintegrasi dapat digunakan untuk mengolah air secara desentralisasi. Konsep dan pengoperasian teknologi membran yang relatif sederhana memungkinkan peran masyarakat dalam pengoperasiannya. Teknologi membran memberikan efisiensi yang tinggi terhadap bahan baku dan potensi daur ulang by-product sehingga dapat memaksimalkan perolehan produk. Selain itu, konstruksi membran yang modular memudahkan melakukan scale-up untuk kapasitas pemakaian yang lebih besar Wenten, 2015. Khusus untuk daerah pedesaan terpencil dan kondisi bencara, teknologi membran banyak diaplikasikan dalam penyediaan air bersih dan air minum. Kemampuan teknologi membran ultrafiltasi dalam menghasilkan air berkualitas hanya dalam satu tahap saja, tanpa penggunaan bahan kimia, merupakan kelebihan dibandingkan dengan teknologi konvensional yang ada. Konsumsi energi dapat diminimumkan, bahkan unit-unit filtrasi dapat dioperasikan tanpa listrik sekalipun. Teknologi ini telah diaplikasikan dalam penanganan bencana tsunami dan gempa bumi Aceh dan Sumatra Utara Wenten, 2010. Teknologi membran portabel merupakan solusi air untuk komunitas di masa depan. Konstruksi teknologi ini merupakan modul tunggal yang mengintegrasikan tiga tahap filtrasi, yaitu karbon aktif, membran hollow fine fiber, dan bioceramic. Karbon aktif mengurangi bau tidak sedap, senyawa organik, dan residu klorin. Membran hollow fine fiber dapat menghilangkan hampir 100% koloid, bakteri, virus, dan seluruh partikulat penyebab turbiditas. Bioceramic berfungsi sebagai agen alkalinitas dan meningkatkan kualitas anti oksidan dan meningkatkan kesegaran air minum. Produksi air menggunakan teknologi ini dapat dilakukan secara kontinyu dengan kualitas tinggi yang jernih dan segar. Pengoperasiannya tanpa listrik, dapat di-backwash, dan portabel, cocok untuk aktivitas luar ruangan dan darurat dengan kapasitas 250 mL/pompaan Wenten, 2010. 5. Penyediaan Air Bersih Pendekatan pola lama dalam pembangunan membagi sektor ke dalam sub-sektor pedesaan dan perkotaan seperti diperlihatkan pada Gambar 1 terdapat garis yang jelas antara keduanya, yaitu batas wilayah administrasi. Batasan tersebut menjadi pembagian tanggung jawab dalam pendanaan dan pengelolaannya. Berdasarkan pola tersebut, penyediaan air bersih di pedesaan pada masa lalu banyak yang menggunakan model satu desa single village, artinya suatu proyek air bersih dibangun untuk melayani penduduk dalam satu desa. Cakupan wilayah dibatasi oleh wilayah administrasi desa. Demikian pula pengelolaannya biasanya masuk ke dalam struktur pemerintahan desa. PerkotaanBesar, padat, pusat komersil,dan pertahanan Saling tergantungPedesaanKecil, tersebar, terasingbertani, memenuhi kebutuhan sendiriUkuran permukiman/jumlah penduduk/batas administrasif/waktu/kepadatanGambar 1. Klasifikasi Permukiman dalam Perkotaan dan Pedesaan Sumber Adaptasi Masduki dkk., 2007 Model lain dari penyediaan air di pedesaan adalah multi-village system lebih dari satu desa. Model ini relatif lebih kompleks dibanding model satu desa, baik ditinjau dari aspek teknis maupun pengelolaannya. Ada dua sistem distribusi pada multi-village system, yaitu a. Sumber air di satu desa digunakan untuk melayani penduduk di beberapa desa lain b. Air dari kota seperti dari PDAM disalurkan ke beberapa desa di sekitar kota Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 Sistem penyediaan air bersih terdiri dari sistem tranmisi dan sistem distribusi. Sistem transmisi air baku adalah sistem pengaliran air dari sumber air ke lokasi pengelolaan air atau ke titik awal jaringan distribusi. Bangunan-bangunan yang terdapat dalam sistem transmisi terdiri dari bak pelepas tekan BPT, free intake, dan bronkaptering. Sistem pendistribusian air biasanya terdiri dari reservoir dan jaringan pipa. Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum dilakukan pendistribusian ke pelanggan atau masyarakat. Reservoir dapat diletakkan di dalam tanah atau di atas tanah dalam bentuk menara/tower. Jaringan pipa merupakan saluran tertutup yang memiliki penampung lingkaran untuk mengalirkan air dengan tampang aliran penuh. Sistem jaringan pipa terdiri dari jaringan pipa transmisi dan jaringan pipa distribusi. Beberapa jenis jaringan pipa yang biasa digunakan disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Beberapa Jenis Pipa yang Biasa Digunakan Murah, mudah ditemukan di pedesaan Ringan, mudah diangkut dan dipasang, tidak bereaksi dengan air Ringan, mudah diangkut dan dipasang, tidak bereaksi dengan air, panjang bisa mencapai 100 m tanpa sambungan untuk diameter kecil Berat, transportasi dan insulasi lebih mahal Sumber Triatmadja, 2008 Proses pemilihan teknologi tergantung pada strategi dasar yang diambil oleh perencana dan kecendrungan umum dalam sector air bersih dan sanitasi. Pada tahap analisis, aspek yang menjadi bahan pertimbangan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap implementasi teknologi penyediaan air bersih dan sanitasi. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih teknologi tepat guna adalah aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi finansial, institusional, dan lingkungan. Aspek yang berpengaruh terhadap pemilihan teknologi penyediaan air bersih dan sanitasi meliputi aspek teknis, lingkungan, institusional, kemasyarakatan dan manajerial, dan aspek finansial. Pemilihan teknologi penyediaan air bersih dinyatakan dengan model konsep yang dibangun oleh The Institute of Universidad del Valle Colombia. Model konsep tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 Teknologi yang umum digunakanKemampuan dan kemauan membayarAnalisis biayaEfisiensi teknologiKetersediaan sumber daya dan bahanSosial budaya lokalPilihan TeknologiSustainabilityLevel 0 dan 1Level 2Level 6Level 5Level 4Level 3Gambar 2. Skema Umum Model Konsep Pemilihan Teknologi Sumber Adaptasi The Institute of Universidad del Valle Colombia Penyediaan air bersih di daerah perkotaan Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum PDAM dibawah pengawasan masing-masing pemerintah daerah. PDAM bertanggung jawab dalam melakukan pengolahan air bersih. Biasanya air yang bersumber dari mata air atau sungai dilakukan penanganan sampai air memenuhi spesifikasi untuk dialirkan ke rumah tangga yang membutuhkan. Beberapa pelaku industri biasanya mempunyai pengolahan air sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Pelaku industri yang tidak mempunyai pengolahan air biasanya membeli kepada PDAM atau pihak berwenang di kawasan industri setempat. Penyediaan air di pedesaan dilakukan oleh pemerintah desa setempat dengan membangun bak penampung air terintegrasi yang nantinya dialirkan ke rumah penduduk. Kebanyakan penduduk desa biasanya mempunyai sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Hanya apabila terjadi kejadian luar biasa, seperti kemarau panjang, gunung meletus, banjir, dan longsor penduduk membutuhkan bantuan air bersih dari pihak pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki kendaraan khusus yang mengangkut air bersih untuk dibagikan ke bak-bak penampung yang terdapat di setiap kampung. Penyediaan air di perkotaan dan pedesaan seringkali tidak sesuai dengan kehendak penduduk baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal tersebut disebabkan oleh persediaan air yang semakin berkurang. Krisis yang terjadi disebabkan berkurangnya cadangan air di sumbernya maupun oleh pencemaran lingkungan. 6. Kesimpulan dan Tantangan Permasalahan pencemaran air di perkotaan dan pedesaan dapat diatasi dengan adanya kerjasama dari tiga elemen penting yaitu, perguruan tinggi, pemerintah, dan pengusaha. Peran perguruan tinggi sebagai lembaga peneliti dan pengembangan teknologi yang tepat guna dan dapat diaplikasikan secara efektif dan efisien. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus mampu membuat kebijakan strategis bagi masyarakat dan mulai melirik teknologi pengolahan air terkini dibanding pengolahan konvensional. Dukungan dari pihak pengusaha bisnis juga diperlukan untuk menunjang program-program dari pemerintah dengan menginventasikan modalnya ke bidang teknologi pengolahan dan penyediaan air bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan. Pengembangan teknologi harus relevan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Seringkali teknologi yang canggih dan terbaru tidak dapat berjalan karena masyarakat yang belum siap dengan kehadiran teknologi tersebut. Permasalahan ekonomi juga dapat menjadi penghambat ketika teknologi yang diterapkan memerlukan biaya investasi Fauzy Faisal Awaludin AS, Permasalahan Pencemaran dan Penyediaan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan, 2015 yang besar. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL merupakan teknologi pengolahan limbah dalam jumlah besar. IPAL terintegrasi sangat efisien dan ekonomis sehingga cocok di daerah Indonesia. Teknologi membran merupakan alternatif lain yang dapat diterapkan untuk mengolah air yang tercemar. Teknologi membran terintegrasi dapat dimanfaatkan untuk mengolah air secara desentralisasi. Khusus untuk daerah terpencil pedesaan dan kondisi bencana. Teknologi membran ultrafiltasi portabel dapat diaplikasikan dalam penyediaan air bersih dan air minum. Pengoperasian teknologi ini relatif sederhana, memberikan efisiensi yang besar, dan mengkonsumsi energi yang minimum. Hal yang paling utama dalam menangani permasalahan pencemaran air adalah membangun komunikasi dan kerjasama yang lancar diantara pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya. Pembinaan sumber daya manusia SDM dan pengembangan jaringan kerjasama perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air. Pelatihan terstruktur yang biasa dilakukan oleh pusat pengembangan teknologi tepat guna pengolahan limbah cari PUSTEKLIM kepada masyarakat dan program-program seperti program kali bersih PROKASIH perlu digalakan lagi agar dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis air yang terjadi di perkotaan dan pedesaan. Daftar Pustaka Komalia, Kiki., Indrawan, Ivan., Analisis Pemakaian Air Bersih PDAM Untuk Kita Pematang Siantar, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatra Utara. Masduki, Ali., Hadi, Wahyono., Endah, Noor., Soedjono, Edddy. S, Teknologi Penyediaan Air Bersih Pedesaan Studi Kasus di Kabupaten Mojokerto, Program Pascasarjana Teknik Sipil, FTSP, ITS, 2007. Mokoginta, Fachruddin., Halim, Fuad., Kawet, Lingkan., Jasin, Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Desa Lobong, Desa Muntoi, dan Desa Inuau Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi, 2014. Raharjo, P. Nugro, Masalah Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Tiga Desa Di Kabupaten Ende, Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT, 2008. Setiadi, T., Suwardiyono., Wenten, Treatment of Textile Waste Water by a Coupling of Activated Sludge Process with Membrane Separation, Department of Chemical Engineering, Institut Teknologi Bandung, 2005. Sukadana, Perencanaan dan kajian Teknis Sistem Perpipaan Air Bersih di Desa Kenderan-Gianyar, Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana. Syahril, Nurdin, Kajian Manajemen Proyek Penyediaan Air Bersih Perkotaan Daerah Berbukit dengan Sumber Air Sungai, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Tanaka, Nao, Teknologi Tepat Guna & Dunia Alternatif, Kelompok Gramedia Jakarta, 2015. Wenten, Membran Untuk Pengolahan Air, Institut Teknologi Bandung, 1997. Wenten, Teknologi Membran Dalam Pengolahan Air dan Limbah, Konferensi Persatuan Insinyur Indonesia, Institut Teknologi Bandung, 2005. Wenten, Teknologi Membran dan Aplikasinya di Indonesia, Diktat Kuliah Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2010. Wenten, Aryanti, Hakim, Khoiruddin, Karakterisasi Membran, Diktat Kuliah Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2011. Wenten, Teknologi Membran Prospek dan Tantangannya, Diktat Kuliah Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2015. ... Degradasi lingkungan juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya sumber air baku seperti mata air, sungai, danau, dan air tanah Awaludin, 2015 194 ...Air bersih merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Masyarakat yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih umunnya adalah masyarakat miskin yang berada di wilayah pedesaan. Sumber air utama bagi masyarakat terpencil di pesisir Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat berasal dari muara Sungai Kapuas. Air tersebut merupakan air gambut dan payau. Penerapan teknologi dalam pembangunan sarana air bersih harus disesuaikan dengan tingkat kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini pembuatan sarana pengolahan air bersih dengan metoda filtrasi menggunakan media filter dari bahan baku lokal. Metoda pelaksanaan berupa pelatihan penggunaan media filtrasi berupa pasir koral, kaolin, dan karbon aktif dalam pengolahan air. Berdasarkan evaluasi kegiatan, penggunaan bahan lokal yang murah, mudah didapat dan diolah pada pengolahan air akan sangat bermanfaat bagi masyarakat di daerah pesisir. Hal ini juga sangat mendukung proses keberlangsungan dan keberlanjutan penggunaan instalasi pengolahan air oleh masyarakat secara mandiri.... Global climate change impacts water resources in the world, including in Indonesia [6]. Moreover, the need for clean water always increases from year to year, while pollution and damage, which cause the loss of water sources, continue to occur [7]. Indonesia accounts for 6% of the world's water resources, but ironically, most of the areas in Nusa Tenggara Timur, Java, Bali, and Sulawesi experience a shortage of clean water supplies [8]. ...... Research on the analysis of environmental pollution has been carried out by several researchers beforehand such as those stated by Awaludin [10]. Groundwater pollution in Bandung has reached a very alarming level. ...MarianaMuhammad Zaki Mahidin A. TalebSafarul AufaEnvironment is a habitat for all living things in the universe. Therefore, it must be preserved, especially on the surface and ground water. Environmental pollution in almost all over the world recently has been in a very alarming level. The main focus of this paper is to analyze the level of pollution on the surface and ground water that is influenced by industrial activities and other human activities. The method used in this research is field and laboratory investigations, and the material analyzed is the surface water and ground water samples. The analysis shows that industrial activities and human activities carried out so far correlated to the occurrence of pollution on the surface and ground water. The analysis showed that the heavy metal Ph at the highest water level of mg/L was recorded in Lhokseumawe City. While the highest heavy metal Ph was also found in Lhokseumawe City by mg/L. The results of the analysis of heavy metals in groundwater analyzed at the three locations show that Lhokseumawe City is also the highest with mg/L compared to Bireuen and Aceh Utara District. While Aceh Utara District has the highest pollution for heavy metals Pb of mg/L. Thus, there needs to be a supervision in active industries so that environmental pollution can always be stable in the future.... Urban areas are known for their high population density, which may bring about pollution issues [4]. For instance, the majority of urban populations have unfortunately developed a behavior of discarding their refuses directly to the river, and there is a growing number in industrial estates that dispose of improperly treated wastes into the environment, introducing pollutants to waters [5]. Since contaminants can affect the overall quality of waters, human activities are often associated with the reduced usability of several bodies of water [6]. ...Setu Babakan in the City of Jakarta Selatan contributes economically as a water tourist attraction. With its location in an urban area, growing human activities in its surroundings pose threats of contamination and reduction to its water quality. This research set out to analyze the water quality based on the Class II water quality standard issued in the Governmental Regulation No. 82 of 2001, determine the water quality index, and assess the pollution loading capacity of Setu Babakan. It drew on primary data collected by sampling water at four points in the inlet, middle, and outlet. The parameters observed were temperature, TDS, TSS, pH, nitrate, phosphate, detergent, BOD, and COD, using the CCME method to determine the water quality index and the Regulation of the Minister of Environment No. 28 of 2009 to examine the pollutant loading capacity. The results showed that 1 the pH, TSS, BOD, COD, phosphate, and detergents levels had exceeded the water quality standards, 2 the water quality index of Setu Babakan was categorized as marginal to fair, and 3 this body of water could no longer carry pollutant loads that contributed to TSS, BOD, and COD accumulation.... Jarak sumur galian dengan saluran pembuangan air limbah SPAL bekas mandi maupun cucian memiliki jarak kurang dari 10 m. Menurut Awaludin [13] , di daerah pedesaan pencemaran air umumnya disebabkan oleh limbah rumah tangga secara sembarangan, pertanian, dan peternakan. Air limbah rumah tangga yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu melalui selokan di sekitar rumah yang langsung menuju sungai. ... Iga MaligaAbdul HamidSanitasi berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat dalam aspek air bersih dan sarana pembuangan sampah. Banyak penyakit yang disebabkan oleh buruknya sanitasi sehingga akses sanitasi layak menjadi salah satu hak asasi manusia yang wajib didapatkan oleh setiap warga masyarakat yang ditetapkan oleh PBB. Faktor air bersih dan sarana pembuangan sampah menjadi hal dasar yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Desa Kukin, merupakan salah satu desa tertinggal di Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aspek sanitasi layak yang seharusnya sudah terpenuhi di masyarakat akan tetapi masih ditemukan di lapangan bahwa aspek tersebut belum terpenuhi 100%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan sanitasi terutama pada aspek air bersih dan pembuangan sampah serta pola Buang Air Besar Sembarangan BABS. Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 223 orang responden yang tersebar pada 5 dusun yang diambil dengan proses random sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 78,3 % responden membiarkan sampahnya ditumpuk begitu saja dan sisanya adalah dibakar sebanyak 21,7%. Aspek sampah pada penelitian ini masih belum mendapatkan pengelolaan lebih lanjut karena alasan keterbatasan sarana dan prasarana. Terkait dengan aspek air bersih, 76% sumber air bersih yang digunakan berasa dan 24% sisanya tidak berwarna dan tidak berasa. Terakhir, terkait dengan aspek Buang Air Besar Sembarangan BABS 52% responden memilih menggunakan septic tank, 40% responden memilih membuang air besar di got, melakukan BAB di sungai 5% dan 3% responden memilih opsi lain-lain.... The presence of matter which results in water not meeting the quality standard and cannot be used normally is called water pollution [5]. According to Government Regulation No. 20 of 1990 concerning Water Pollution Control that water pollution is defined as the entry of living things, substances, energy, and / or other components into water by human activities so that the water quality drops to a certain level which causes water no longer function according to its designation. ...Turbidity has an indication that the liquid has been contaminated. In the testing process, turbidity in water can only be measured by sampling. To be able to maintain the quality of water, required a tool that can monitor and measure the level of turbidity of water in real time. water turbidity sensor SEN0189 is a sensor that works by measuring the amount of light from infrared led into the phototransistor that will produce the output voltage on the sensor. The study was conducted to be able to characterize the ability of sensors in detecting water turbidity. The method used is to test the sensors using sediment soil that has been filtered with a diameter of <60μm to be added into the pond containing 1 liter of water. The results show that the greater the concentration of sediment dissolved in the water pool the sensor output voltage will be smaller. The sensor has a sensitivity of and the output voltage when the sensor detects 0 NTU is volts with 5V operating voltage and the sensor can detect water turbidity linearly within the test range NTU to research was conducted to investigate the capability of a coupling of activated sludge and microfiltration processes with backflushing technique to reduce organic carbon and color in textile wastewater. In this study, the optimum condition of membrane operation was obtained at m/s cross-flow velocity CFV and bar transmembrane pressure TMP. On the other hand, the optimum condition of backflushing technique was obtained at bar pressure applied for 1 second at interval. With this optimum condition, the flux was relatively stable at L/m 2 .h for all SRT. At steady state, the effluent COD decreased with increasing SRT. The COD removal was more than 82 % and color removal was more than 95 %. The microorganisms involved in the system were found to be slow-growing microorganisms. Therefore, the coupling of activated sludge and membrane separation processes successfully proceeded to treat textile wastewater. Complete solids removal as well as a significant degree of organic and color removal was achieved. Sludge production was also low amounting to less than g dried cells/ g COD removed. Thus, the treatment of unsettled textile wastewater to a tertiary effluent quality in a single unit process was made research was conducted to investigate the capability of a coupling of activated sludge and microfiltration process with backflushing technique to reduce organic carbon and color in textile wastewater. This study shows that the optimum condition of membrane operation obtained at m/s cross-flow velocity CFV and bar transmembrane pressure TMP. The optimum condition of backflushing technique obtained at bar pressure for 1 second with minute interval. With this optimum condition, the flux was relatively stable at L/m 2 .h for all SRT. At steady state, the effluent COD decreased with increasing SRT. The COD removal was more than 82 % and color removal was more than 95 %. The microorganisms involved in the system was found to be slow-growing microorganisms. Therefore, it can be concluded that the coupling of activated sludge and membrane separation processes was successfully used to treat textile wastewater. As well as achieving complete solids removal, a significant degree of organic and color removal, it also achieved a low sludge production less than than g dried cells/ g COD removed. Thus, the treatment of unsettled textile wastewater to a tertiary effluent quality in a single unit process is now Pemakaian Air Bersih PDAM Untuk Kita Pematang Siantar, Departemen Teknik SipilKiki KomaliaIvan IndrawanKomalia, Kiki., Indrawan, Ivan., Analisis Pemakaian Air Bersih PDAM Untuk Kita Pematang Siantar, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatra Sistem Penyediaan Air Bersih Desa LobongFachruddin MokogintaHalimFuadKawetLingkanM I JasinMokoginta, Fachruddin., Halim, Fuad., Kawet, Lingkan., Jasin, Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Desa Lobong, Desa Muntoi, dan Desa Inuau Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi, dan kajian Teknis Sistem Perpipaan Air Bersih di Desa Kenderan-GianyarI G SukadanaSukadana, Perencanaan dan kajian Teknis Sistem Perpipaan Air Bersih di Desa Kenderan-Gianyar, Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Manajemen Proyek Penyediaan Air Bersih Perkotaan Daerah Berbukit dengan Sumber Air SungaiNurdin SyahrilSyahril, Nurdin, Kajian Manajemen Proyek Penyediaan Air Bersih Perkotaan Daerah Berbukit dengan Sumber Air Sungai, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas G WentenP T P AryantiA N HakimKarakterisasi KhoiruddinMembranWenten, Aryanti, Hakim, Khoiruddin, Karakterisasi Membran, Diktat Kuliah Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, dan Tantangannya, Diktat Kuliah Teknik KimiaI G WentenTeknologi MembranWenten, Teknologi Membran Prospek dan Tantangannya, Diktat Kuliah Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, 2015.

Kesehatanmerupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang. Namun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai permasalahan yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam hidup.

c Siapkan daftar sertificate yg akan expire dan yang akan di perpanjang. d. Menyeleksi pekerjaan yang akan di batalkan atau ada tambahan. e. Siapkan gambar gambar yang perlu, suku cadang yang akan digunakan dan peralatan khusus. f. Pengawasan membicarakan perencanaan kerja dengan galangan terkait. Pihak Pemilik Kapal a.
PHBS(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku
ZIdp.
  • 40d36gqyqj.pages.dev/83
  • 40d36gqyqj.pages.dev/566
  • 40d36gqyqj.pages.dev/33
  • 40d36gqyqj.pages.dev/130
  • 40d36gqyqj.pages.dev/566
  • 40d36gqyqj.pages.dev/291
  • 40d36gqyqj.pages.dev/42
  • 40d36gqyqj.pages.dev/498
  • sebutkan pihak pihak yang mengalami permasalahan air bersih